wanitasukabumi.com – Nina Ayu Susanti, hijaber berwajah ayu talenta muda berbakat yang sedang merintis karier di dunia kesenian, ini sudah dikenal para pengguna media sosial YouTube.
Ayu memang rajin meng-cover dan membawakan lagu-lagu bergenre Pop Sunda. Hijaber cantik bersuara lembut dan merdu ini lahir 22 tahun yang lalu. Nina gadis asal Desa Wanasari, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, saat ini bernaung dalam Sanggar Kesenian Gasentra Pajampangan.
Bagi Nina, menyanyi adalah hobinya sejak masih kecil. Sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, Nina sudah sering mengikuti lomba-lomba menyanyi di daerahnya.
Sedikitnya sudah 30an lagu bergenre Pop Sunda yang telah ia cover di kanal YouTube Gasentra Pajampangan dan sudah ditonton oleh puluhan ribu hingga ratusan ribu viewers.
Nina meng-cover lagu-lagunya dengan gaya milenial. Tak heran jika kini ia dikenal banyak orang, tak hanya di Sukabumi atau Jawa Barat, tapi juga Indonesia.
Ia mengaku sangat bersyukur dengan pencapaiannya saat ini, “Perasaan Nina setelah dikenal banyak orang, senang aja dan bersyukur,” ungkapnya kepada wanitasukabumicom, Selasa (20/9/21).

Selain meng-cover lagu, Nina juga sudah merilis empat single lagu ciptaan seniman Gasentra Pajampangan. “Selain meng-cover lagu para penyanyi Pop Sunda yang sudah terkenal, ada juga sekira empat single lagu milik sendiri, karya pak Pian Maulana, pimpinan Sanggar Kesenian Gasentra Pajampangan,” terang Nina.
Keempat single lagu tersebut, tambah Nina, berjudul Curug Cikaso, Sagala ku HP, Teu Sangka dan Ilang Cintana. Semuanya bergenre Pop Sunda dan bisa ditonton di kanal YouTube.
Nina memilih untuk terus konsisten dalam berkarya membawakan lagu-lagu Pop Sunda. “Pertama, mungkin menurut Nina, suara saya lebih cocok di genre Pop Sunda,” ujar gadis yang kerap tampil off air berhijab ini.
Pesan Nina untuk muda-mudi Sukabumi, menjadi kewajiban generasi muda Sunda merawat dan melestarikan budaya Sunda.
“Sebagai generasi muda kita harus senantiasa melestarikan seni dan budaya Sunda. Tidak harus malu karena kita lahir dan besar di tanah Sunda. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikannya,” pungkas gadis yang masih mengenyam pendidikan di salah satu perguruan tinggi di Bandung itu.
