wanitasukabumi.com – Luri Irawati, seorang wanita karir yang menghabiskan masa kecilnya di Kampung Pintu RT 001 RW 009, Kelurahan/Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Ibu yang kini berusia 46 tahun ini mengaku, semasa hidupnya dipenuhi dengan masalah dan senantiasa memetik pelajaran dari segala masalah yang menerpa tiada henti dalam hidupnya.
“Semasa hidup saya dipenuhi sejuta duri dan semiliar masalah yang kemudian duri dan masalah itu menjadi sahabat dan guru terbaik,” ungkap Luri saat diwawancara wanitasukabumi.com, Rabu, 28 Juli 2021.
Selepas menyelesaikan pendidikan dasar 12 tahunnya, pada 1996, Luri memberanikan diri merantau ke Negeri Jiran, Malaysia. Di sana ia bekerja sebagai buruh di salah satu pabrik elektronik.
Empat tahun di perantauan, membuatnya rindu kampung halaman. Ia kemudian memutuskan untuk kembali ke tanah air. Tidak lama dari itu ia menikah dengan teman seperantauannya dulu dan dikaruniai dua orang putra.
Menata hidup dari awal di Sukabumi, ia sempat bekerja di salah satu pabrik elektronik di Kabupaten Sukabumi. Lagi-lagi masalah datang silih berganti, sehingga Luri kemudian memutuskan untuk menjalani pekerjaan sebagai pedagang keliling.
Masa paceklik hidupnya terus ia nikmati bersama keluarga kecilnya. “Hidup bukan untuk masalah, tapi masalah untuk hidup,” ungkap Luri.
Pada 2018 Luri menjadi Petugas Lapangan (PL) untuk Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Busan di Magetan, Jawa Timur. “Saat itu saya bertugas keliling Bali, Lombok, Sumbawa dan Jawa Barat,” sambungnya.
Waktu berlalu, tiba di akhir 2019, pandemi melanda dunia. Keadaan ini berdampak pada kariernya sebagai PL, ia menjadi tidak bisa keliling Indonesia untuk menjalankan pekerjaannya.
Tidak menyerah, berbekal pengalaman dan segala permasalahan dalam hidupnya, akhirnya Luri membuka LPK di Jawa Tengah. “Akhirnya saya membuka LPK Busan Bahasa Jepang di Ungaran, Jawa Tengah, bekerjasama dengan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia BP2MI, Provinsi Jawa Tengah,” lanjut Luri.
Wanita ini berharap, ceritanya dapat menjadi motivasi untuk siapapun yang membacanya. “Itu 29% dari cerita hidup saya. Semoga bisa menjadi referensi untuk disajikan ke publik,” tutup Luri.
