WANITASUKABUMI.com – Jika banyak orang merasa bergidik, jijik, takut dan geli saat melihat reptil. Namun tak demikian dengan para pemuda yang tergabung dalam Perkumpulan Pecinta Reptil Sukabumi (Peribumi).
Namun, bagi Peribumi, komunitas pecinta binatang reftil, justru lebih memilih memelihara sampai menjinakkan reptil. Salah seorang pendiri Peribumi, Nazar Firdaus Mufrodi (22 tahun) mengatakan, komunitas ini didirikan sekaligus untuk merubah pandangan masyarakat terhadap reptil.
“Selain itu, kita juga sering mengedukasi masyarakat tentang jenis-jenis ular yang ada di sekitar kita, termasuk cara membedakan mana yang berbisa dan tidak.”
Peribumi didirikan enam orang, Nazar, Wildan, Alprih, Dada, Rafly dan Dony pada 4 April 2016 dan kini memiliki anggota sekitar 40 orang.
“Kita sama-sama ingin mengubah paradigma negatif masyarakat terhadap reptil, khususnya ular,” kata Nazar kepada wanitasukabumi.com, Minggu, 18 Juli 2021.
Ditambahkan Nazar, ular memiliki peran penting dalam ekosistem, terutama dalam mengendalikan hama seperti tikus yang merugikan petani.
“Selain itu, kita juga sering mengedukasi masyarakat tentang jenis-jenis ular yang ada di sekitar kita, termasuk cara membedakan mana yang berbisa dan tidak,” imbuhnya.
Diusianya yang kelima, anggota Peribumi rutin berkumpul di Taman Urang Lapang Merdeka Kota Sukabumi setiap hari Minggu.
“Namun semenjak PPKM Darurat, berhubung sekarang banyak aturan dari pemerintah jangan dulu berkerumun, jadinya sementara waktu kegiatan komunitas off dulu sampai pandemi ini reda dan kembali normal,” imbuhnya.
Namun begitu, kata Nazar, komunitas ini membuka pintu untuk siapapun yang punya ketertarikan mempelajari reptil dan peduli terhadap kelestariannya.
Sebab, sewaktu-waktu mood si ular atau reptil lainnya sedang kurang bagus atau lagi feeding response bisa saja tiba-tiba menyerang mahkluk di sekitarnya.
“Banyak yang bertanya bagaimana cara menjinakkan reptil. Sebenarnya untuk masalah jinak, binatang reptil khususnya ular itu tidak ada ada istilah jinak, yang ada si ular itu sudah terbiasa dan nyaman dipegang atau di mainin sama manusia,” katanya.
Sebab, sewaktu-waktu mood si ular atau reptil lainnya sedang kurang bagus atau lagi feeding response bisa saja tiba-tiba menyerang mahkluk di sekitarnya.
“Namanya reptil kapasitas otaknya kecil. Mereka akan mengikuti nalurinya. Mau dipelihara dari kecil pun tidak akan bisa disamakan dengan mamalia atau unggas,” pungkas Nazar.
