WANITASUKABUMI.com – Pilihan hidup Pena Mulyawati (27 tahun) mama muda asal Kampung Nyangegeng, Desa Babakan Panjang, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi ini mungkin bisa menginspirasi.
Ibu satu anak ini sebelumnya bekerja kurang lebih dua tahun sebagai buruh pabrik di PT LNB. Bosan jadi pegawai, akhirnya Pena melawan gengsi, banting setir jadi penjual bakso gerobak dan biasa mangkal di Jalan Gudang Desa Balekambang, Kecamatan Nagrak.
“Cita-cita ingin bisa membuka cabang dan punya kios sendiri. Sekarang masih di gerobak, sewa lahan Rp 300.000 per bulan.”
Pena menjelaskan, usahanya itu mendapat dukungan penuh dari sang suami, Indra Kristianto (30 tahun) yang sehari-hari bekerja sebagai operator pencucian. Bahkan suaminya sendiri yang membuat bakso pagi buta sebelum berangkat kerja.
Terlebih, selain mendapat penghasil yang jauh lebih besar dibanding ketika bekerja, pasangan suami istri ini menyadari dengan berjualan bakso gerobak Pena bisa lebih dekat dengan sang buah hati.
“Dua tahun kerja di pabrik. Sebelum jualan bakso, awalnya jualan pisang molen dan gorengan,” kata Pena saat diwawancarai wanitasukabumi.com.
Meski demikian, Pena menjalankan usaha bukan tanpa kendala. Ia mengaku sempat kewalahan saat pandemi Covid-19 melanda. Padahal masih merintis usaha, omsetnya kerap turun hingga 50 persen.

“Kalau biasanya per hari bisa dapat penghasilan sekitar Rp 2 juta, semenjak pandemi turun sekitar 50 persen. Itu hasil jualan dari jam 9 pagi sampai jam 10 malam,” imbuhnya.
Pena yang sambil merawat putri berusia enam tahun ini berharap usaha bakso yang ia jalankan ini bisa bertahan hingga berkembang, agar ia bisa mempunyai kios sendiri.
“Cita-cita ingin bisa membuka cabang dan punya kios sendiri. Sekarang masih di gerobak, sewa lahan Rp 300.000 per bulan,” pungkasnya.
